Oleh: Sabrur Rohim, SAg (PKB Kap Girisubo)
PALIYAN | Kamis (2/1) siang, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Wihaji, SAg, MPd, didampingi oleh Bupati Gunungkidul, H Sunaryanta, melakukan kunjungan kerja ke wilayah Kelurahan Karangasem, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Kamis (2/1/2025). Wihaji sendiri diikuti juga oleh rombongan staf kementerian dari Jakarta serta dari Kepala Perwakilan BKKBN DIY beserta jajarannya. Kunjungan ini dilakukan untuk meninjau secara langsung kondisi keluarga rentan stunting dan memastikan efektivitas pelaksanaan program yang telah dirancang pemerintah untuk mencegah stunting.
Di Balai Kalurahan Karangasem sendiri telah bersiap menyambut dan menanggapi Kepala DPMKPPKB Gunungkidul, Drs Sujarwo, MSi beserta lintas sektor terkait tingkat kabupaten, para penyuluh KB, Lurah beserta staf dan kader IMP Karangasem, serta undangan lainnya.
Program Unggulan
Setelah pembukaan dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta Mars KB, demi menyingkat waktu, acara diisi sambutan oleh Menteri Wihaji. Dalam sambutannya, Wihaji mengisahkan bahwa dia pernah berkunjung ke Gunungkidul dulu sewaktu menjadi mahasiswa. Juga disampakan oleh Wihaji, bahwa kunjungan ke Gunungkidul ini adalah kunjungan kerja pertama untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah sejak pertama menjadi menteri. Ada beberapa program unggulan dalam program Kementerian Kependudukan yang akan dilaksanakan dalam waktu-waktu ke depan, di antaranya adalah: [1] "Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting" (GENTING), [2] "Gerakan Ayah Siaga" (GAS), [3] "AI-SuperApps Tentang Keluarga", serta [4] "Lansia Berdaya", dan Wihaji sangat berharap dukungan segenap pihak untuk kelangsungan program-program unggulan BKKBN tsb.
Setelah sambutan tsb, Wihaji dan Bupati Gunungkidul bergegas menuju lokasi dua KK risiko stunting (KRS) di wilayah Karangasem untuk melihat langsung kondisi di lapangan. Keluarga yang jadi sampel yakni Kaswoto (46 thn), beralamat di Manggul, Karangasem, dengan istrinya, Neti Riatiningsih (43 thn), di mana mereka memiliki 3 anak, yakni: Syifa Indah Kirana (17 thn), Fina Nailatul Izzah (12 thn), serta Abu Rayyan Al Birruni (1 thn). Dari aspek RTLH, jamban yang dimiliki keluarga Kaswoto tidak layak, dan si bungsu juga lahir dengan tinggi badan yang berisiko. Sejauh ini sudah ada pendampingan dari TPK, program babonisasi kalurahan, serta PMT Puskesmas.
Selain Kaswoto, keluarga lainnya yang disasar adalah keluarga Ashari Kurniawan (28 thn), yang beralamat di Trukan, Karangasem, Paliyan, yang hidup bersama istrinya Qur'annisa 'Ainiyah (23 thn) dan anaknya, Fayza Ziona Fawaaida Humairan (1 thn). Sama dengan Kaswoto, dari aspek RTLH, jamban yang dimiliki keluarga Ashari tidak layak, dan anaknya lahir dengan tinggi badan yang berisiko. Sejauh ini sudah ada pendampingan dari TPK, program babonisasi kalurahan, serta PMT Puskesmas.
Dalam kunjungan langsung tsb, Wihaji menyampaikan sejumlah bantuan dana untuk pemenuhan gizi anak-anak, untuk SPP dan kelengkapan sekolah, serta biaya untuk kebutuhan mendesak keluarga ybs. Dalam sesi wawancara dengan sejumlah wartawan dari pelbagai media massa lokal dan nasional yang mengerumuninya, Menteri Wihaji menyampaikan pentingnya gerakan orang tua asuh sebagai salah satu upaya strategis dalam mencegah stunting di Indonesia.
"Kita mulai tahun ini punya program gerakan orang tua asuh cegah stunting. Di program ini, kita siapkan siapa anak asuhnya, siapa orang tua asuhnya. Hari ini, kita memastikan apakah benar anak-anak yang didata sebagai KRS (Keluarga Risiko Stunting) itu memang memenuhi kriteria. Setelah kita cek langsung, ternyata memang betul dan syaratnya terpenuhi," ujar Wihaji kepada para awak media massa dan warga sekitar.
Program gerakan orang tua asuh ini, menurut Menteri, menargetkan satu juta anak di seluruh Indonesia. Target ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas setiap kabupaten dan provinsi. “Kami tidak menarget terlalu banyak, tetapi lebih fokus pada keberlanjutan dan efektivitas. Setidaknya menyelamatkan satu anak lebih baik daripada menargetkan banyak tetapi tidak ada tindak lanjut. Untuk DIY sendiri, targetnya adalah sebanyak 12.261 anak,” jelas Wihaji.
Menteri Wihaji juga menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam mengatasi persoalan stunting. Menurutnya, kerja sama yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan berbagai elemen masyarakat, termasuk pihak swasta, sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal. “Tidak hanya pemerintah, siapa pun boleh berkontribusi. Masyarakat, konglomerat, para pengusaha, jika ingin membantu, sangat dipersilakan. Tidak perlu melalui pemerintah atau penyuluh, langsung saja ke keluarga risiko stunting (KRS) ini,” tambahnya.
Indeks Pembangunan Manusia
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, yang turut mendampingi kunjungan tersebut, menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian dan dukungan pemerintah pusat dalam menangani masalah stunting di wilayahnya. “Kami sangat berterima kasih atas perhatian dari pemerintah pusat. Berdasarkan data kami, angka stunting di Gunungkidul sudah turun menjadi 14%. Harapannya, angka ini terus menurun di masa mendatang,” ungkapnya.
Selain itu, Bupati juga menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Gunungkidul. Menurutnya, upaya ini sangat penting untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat sehingga kebutuhan gizi anak-anak dapat terpenuhi secara optimal. “Kami berharap ke depan dapat terus meningkatkan sumber daya manusia di Gunungkidul agar lebih baik dan mendukung peningkatan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Sunaryanta menambahkan bahwa salah satu PR pemerintah daerah ke depan adalah bagaimana meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) di Gunungkidul agar bisa maksimal, karena posisi saat ini masih di kisaran 71%, dan ini jelas sangat berdampak pada kualitas SDM kita.
Sunaryanta berharap bisa bersinergi dengan berbagai pihak untuk memastikan program-program yang diluncurkan pemerintah pusat berjalan lancar di tingkat daerah. “Kami juga akan fokus pada peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pola makan sehat dan asupan gizi yang cukup, sehingga generasi mendatang bisa tumbuh sehat dan produktif,” tuturnya.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat Gunungkidul untuk berperan aktif dalam mendukung program pemerintah. “Kesuksesan program ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada partisipasi masyarakat. Saya mengimbau para orang tua, tokoh masyarakat, dan lembaga-lembaga lokal untuk turut ambil bagian dalam mengawasi dan mendukung keluarga-keluarga yang membutuhkan,” kata Sunaryanta.
Kunjungan kerja Menteri Wihaji juga dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah, termasuk Forkopimda dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama untuk mendukung upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Gunungkidul. Dengan sinergi yang terbangun antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat, diharapkan program-program pencegahan stunting dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak yang signifikan.(*)
0 Comments