Lokakarya Mini UPT Puskesmas Girisubo, Panewu: "Kesamping Ego Sektoral untuk Raih Hasil Maksimal dalam Pelayanan Masyarakat...!"

Oleh: Sabrur Rohim, SAg, MSI (PKB Kap Girisubo)

GIRISUBO | Kamis pagi (10/10), di aula UPT Puskesmas Girisubo, berlangsung kegiatan Lokakarya Mini Tingkat Puskesmas yang dihadiri oleh berbagai lintas sektor se-Kapanewon Girisubo. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki peran penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat di tingkat kapanewon, termasuk Panewu dan jajaran Forkompinkap, Kepala KUA, Korwil Bidik, Koordinator PKB, Kepala UPT Puskesmas bersama seluruh stafnya, kamituwa se-Kapanewon Girisubo, perwakilan kader dari delapan kalurahan, dan juga perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.

Kepala UPT Puskesmas Girisubo, Pujianta, SKep Ners, mengatakan bahwa acara ini menjadi momentum untuk mengevaluasi serta merumuskan strategi bersama dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah Girisubo. Pertemuan ini menjadi ajang diskusi terbuka, di mana berbagai pihak yang hadir memberikan pandangan, masukan, serta usulan yang bertujuan untuk memajukan pelayanan kesehatan masyarakat dan memperkuat sinergi antar-instansi. Dengan adanya koordinasi lintas sektor ini, tegas Puji, diharapkan adanya perbaikan serta penyempurnaan layanan kesehatan, baik dari segi pelaksanaan program maupun pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Dalam sesi sambutan dan tanggapan, Panewu Girisubo, Edy Sedono, membuka diskusi dengan menekankan pentingnya kerja sama yang solid antar-instansi. “Kita harus mengesampingkan ego sektoral untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelayanan kesehatan masyarakat,” tegas Panewu. Dalam konteks pelaporan e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), Panewu menekankan agar seluruh pihak memaksimalkan pelaporan ini, karena sangat terkait dengan pencairan dana kalurahan. Beliau menyebutkan bahwa pelaporan minimal harus mencapai 80% agar proses pencairan dana tidak terhambat. Selain itu, Panewu juga menyoroti pentingnya peningkatan pelayanan ambulans di wilayah Girisubo, terutama dalam penanganan darurat kesehatan. "Saya berharap Dinas Kesehatan bisa mengambil alih pengelolaan armada dan tenaga medis, agar pelayanan ini bisa lebih terkoordinasi dan optimal,” lanjutnya.

Danposmil Girisubo, Hervianto, turut mengangkat isu yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan program imunisasi JE (Japanese Encephalitis) yang masih mengalami beberapa penolakan di masyarakat. Beliau menyoroti pentingnya penelusuran lebih lanjut terkait penolakan ini, apakah disebabkan kurangnya sosialisasi atau ada faktor lain yang lebih mendalam. Menanggapi hal ini, salah satu bidan pembina di Girisubo, Suharti, menjelaskan bahwa penolakan tersebut lebih disebabkan oleh faktor keyakinan agama. Meski demikian, dari target yang ditetapkan, imunisasi JE berhasil mencapai 103%. Danposmil juga menyoroti tingginya angka pernikahan dini di wilayah Girisubo, di mana tercatat ada tiga kasus pernikahan dini. Hal ini dianggapnya sebagai persoalan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak untuk dijadikan dasar dalam mengambil tindakan yang sinergis.

Kapolsek Girisubo, AKP Agus Yulianto, SIP, memberikan apresiasi tinggi atas capaian penurunan angka stunting di wilayah Girisubo. Ia menyebutkan bahwa pada pertemuan Lokakarya Mini sebelumnya, angka stunting di Girisubo berada pada 13,9%, namun dalam pertemuan kali ini, angka tersebut telah turun menjadi 10,08%. Penurunan ini dianggap sebagai bukti nyata kerja keras dan koordinasi lintas sektor dalam menjalankan program-program intervensi untuk penurunan angka stunting. Kapolsek juga menekankan bahwa capaian ini harus terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan di masa mendatang.

Kepala UPT Puskesmas Girisubo dalam hal ini menyambut baik ajakan Danposmil untuk memperkuat program edukasi KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang menyasar remaja di sekolah-sekolah. Menurut Kepala Puskesmas, program KRR sudah berjalan di Puskesmas, namun perlu adanya kolaborasi yang lebih erat dengan sekolah-sekolah agar pesan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh para remaja. Beliau menekankan bahwa pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi sangat penting untuk mencegah permasalahan kesehatan seperti kehamilan tidak diinginkan dan penyakit menular seksual di kalangan remaja.

Daru Suprobo, salah satu perwakilan peserta, yang juga unsur TKSK Kapanewon Girisubo, turut memberikan pandangannya mengenai pentingnya pelayanan ambulans yang menjangkau kalangan masyarakat miskin. Ia menyebutkan bahwa sejauh ini, ambulans dari lembaga kemasyarakatan seperti NU dan Muhammadiyah sangat membantu warga kurang mampu untuk mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Namun, ia juga berharap agar di masa mendatang, ada dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari sektor swasta dan donatur, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan ambulans, sehingga layanan ini bisa lebih merata di seluruh wilayah kapanewon.

Korwil Bidik Girisubo, Sareno, SIP, MM, juga menanggapi permasalahan terkait penolakan vaksin, khususnya vaksin JE, yang banyak dipengaruhi oleh pemahaman tertentu dari masyarakat. Korwil menyatakan komitmennya untuk melakukan pendekatan yang lebih persuasif dan personal. Salah satunya adalah dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang dihormati dan memiliki pengaruh, seperti tokoh Muhammadiyah, untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat. Dengan pendekatan yang lebih terbuka dan melibatkan para pemuka agama, diharapkan penerimaan masyarakat terhadap program vaksinasi bisa meningkat.

Sementara itu, Kepala KUA Girisubo, yang diwakili oleh salah satu penghulu, Seta Fendi Susanta, menambahkan dimensi baru dalam diskusi dengan memperkenalkan program BRUS (Bimbingan Remaja Usia Sekolah). Program ini dirancang untuk memberikan pemahaman agama yang baik kepada remaja, serta mengajak mereka untuk aktif dalam kegiatan positif di lingkungan sekolah dan masyarakat. Kepala KUA mengajak semua pihak, terutama pihak sekolah, untuk mendukung program ini agar remaja di Girisubo memiliki karakter yang baik dan mampu menjauhi hal-hal negatif, seperti pernikahan dini yang menjadi salah satu permasalahan di kapanewon.

Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Isti Sugiarti, SKM, MAP, dalam tanggapan dan arahannya menekankan pentingnya penguatan koordinasi antara puskesmas dan dinas kesehatan dalam penanganan berbagai isu kesehatan di Girisubo. “Kami dari Dinas Kesehatan sangat mendukung program-program inovatif yang sudah berjalan di Girisubo, seperti penanganan stunting dan program KRR,” ungkapnya. Perwakilan Dinas Kesehatan juga menanggapi masalah penolakan imunisasi JE, menyarankan agar sosialisasi dilakukan lebih intensif dan menggunakan pendekatan yang ramah budaya serta agama. “Kita harus memahami karakteristik masyarakat, termasuk pandangan keagamaan yang mereka miliki. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih personal, melibatkan tokoh agama dan masyarakat, adalah kunci agar program-program ini bisa diterima dengan baik,” tambahnya.

Selain itu, Isti mengapresiasi langkah-langkah kolaboratif yang telah dilakukan dalam pelayanan ambulans, namun ia juga menekankan bahwa dinas kesehatan akan berupaya untuk mendukung pengadaan armada tambahan serta pelatihan bagi tenaga medis yang terlibat dalam pelayanan darurat. "Kami akan berupaya untuk memperkuat layanan ambulans di setiap puskesmas, termasuk di Girisubo, agar masyarakat yang membutuhkan bisa segera terlayani, terutama dalam situasi darurat," jelasnya. Menurutnya, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak dan sinergi yang kuat, capaian-capaian seperti penurunan stunting dapat terus ditingkatkan dan wilayah Girisubo bisa menjadi contoh dalam pelaksanaan program kesehatan di tingkat kabupaten.

Kepala UPT Puskesmas, Pujianta, mengatakan bahwa Lokakarya Mini ini tidak hanya menjadi wadah untuk mengevaluasi progres program kesehatan, tetapi juga menjadi ajang bagi seluruh pihak untuk menyamakan persepsi dan memperkuat komitmen dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Harapannya, dengan adanya sinergi yang baik antara Puskesmas, pemerintahan kapanewon, Dinas Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan, berbagai tantangan dalam layanan kesehatan dapat diatasi secara lebih efektif, sehingga Girisubo menjadi wilayah yang sehat dan sejahtera.[]

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine