Oleh: Sabrur Rohim, SAg, MSI (PKB Kap Girisubo)
GIRISUBO | Sejak awal hingga pertangahan Juni 2024, di Kapanewon Girisubo, semangat gotong royong terasa kuat saat delapan padukuhan bersiap menyelenggarakan kegiatan posyandu serentak. Di tengah semilir angin musim kemarau, kegiatan ini menjadi sorotan utama, tidak hanya karena kehadiran berbagai pihak penting, tetapi juga karena harapan besar yang dibawa: percepatan penurunan stunting di wilayah Kapanewon Girisubo. Dalam laporan terakhir, tercatat bahwa di Girisubo, angka stunting masih di kisaran 11.03%. Meski sudah di bawah angka Kabupaten Gunungkidul, ini bukan berarti Kapanewon Girisubo berpangku tangan; sebaliknya, tetap bersemangat untuk menurunkan seminimal mungkin.
Kegiatan ini dimulai pada tanggal 7 hingga 15 Juni, melibatkan delapan padukuhan sebagai sampel dari total 82 padukuhan yang ada di Kapanewon Girisubo, di mana di kapanewon ini ada 8 kalurahan. Tujuannya jelas, untuk mengevaluasi efektivitas program posyandu dalam mendukung target nasional penurunan angka stunting di bawah 14% pada tahun 2024. Pemerintah pusat telah menginstruksikan pelaksanaan kegiatan posyandu serentak secara nasional karena capaian kunjungan calon pengantin, ibu hamil, dan balita baru di posyandu secara nasional baru mencapai 78%. Ini menjadi perhatian serius karena stunting pada anak-anak berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Di hari Jumat ini, tanggal 14 Juni 2024, sebagai padukuhan sampel adalah Wonotoro, Kalurahan Pucung, yang notabene juga merupakan sampel kampung KB. Dalam kegiatan ini, hadir berbagai pihak sebagai evaluator. Panewu Girisubo, Panewu Anom, Ketua TP PKK Kapanewon, BPKB, Polsek, Danposmil, KUA, Puskesmas, Lurah beserta staf, kader TPK (tim pendamping keluarga), serta kader posyandu Wonotoro bergabung untuk memastikan setiap tahapan kegiatan berjalan lancar. Mereka bekerja sama dalam suasana yang penuh semangat dan optimisme, menyapa para peserta (sasaran) yang terdiri dari calon pengantin, ibu hamil, dan balita (beserta ibunya tentu saja).
Lima Meja
Setiap posyandu menggunakan sistem lima meja yang terstruktur dan efisien. Meja pertama adalah meja pendaftaran, di mana peserta mencatatkan diri dengan bantuan kader yang ramah. Suasana hangat dan penuh kekeluargaan terlihat jelas saat para ibu menggendong balita mereka, menanti giliran untuk ditimbang dan diukur di meja kedua. Di sinilah setiap gram dan sentimeter dicatat dengan teliti, memberikan gambaran nyata tentang kondisi gizi para peserta.
Khusus untuk calon pengantin dan ibu hamil ada ruang tersendiri untuk mendapat pelayanan pengukuran, penimbangan, dan edukasi oleh panyuluh KB dan kader TPK. Sebagai penyuluh KB adalah Sabrur Rohim, Harinto Satria, didampingi oleh kader TPK sekaligus PPKBD Kalurahan Pucung, Weni Trihapsari.
Meja ketiga menjadi pusat pelaporan, di mana semua data dari penimbangan dan pengukuran direkam dengan cermat, dicatat ke dalam blanko yang sudah tersedia serta diinput pada link pelaporan online yang akan menjumlahkan data secara real-time. Di meja ini, para kader bekerja dengan cepat namun hati-hati, memastikan tidak ada detail yang terlewat. Mereka tahu, data ini sangat penting untuk evaluasi lebih lanjut.
Selanjutnya, meja keempat memberikan makanan tambahan bagi peserta. Senyum sumringah terlihat di wajah para ibu dan anak-anak saat menerima makanan bergizi yang disediakan. Tidak hanya mengisi perut, makanan tambahan ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka. Namun, ada beberapa masukan dari para ibu yang berharap makanan tambahan bisa lebih bervariasi dan berkualitas. Disampaikan oleh ibu-ibu kader posyandu, bahwa ini adalah PMT edukasi, yang sifatnya hanya sampel atau contoh saja. Harapannya para catin, bumil, dan ibu balita bisa membuat sendiri di rumah, asalkan mengandung menu standar: karbohidrat, protein, serta vitamin/gizi.
Meja terakhir, kelima, adalah tempat edukasi atau penyuluhan. Di sini, para peserta mendapatkan informasi penting tentang kesehatan dan gizi. Kader posyandu bersama perwakilan dari tim evaluator memberikan penyuluhan dengan penuh kesabaran. Mereka berbicara tentang pentingnya asupan gizi seimbang, pola makan yang baik, dan bagaimana mencegah risiko stunting. Edukasi ini tidak hanya menargetkan ibu hamil dan balita, tetapi juga calon pengantin, untuk memastikan kesehatan optimal sejak dini, karena pencegahan stunting itu adalah dalam kurun 1000 HPK (hari pertama kehidupan). Untuk edukasi kepada bumil dan catin ini secara khusus disampaikan oleh penyuluh KB Girisubo, Sabrur Rohim, MSI.
Kendala
Hasil dari kegiatan ini menunjukkan partisipasi yang tinggi dari komunitas lokal, yakni di Pucung (dengan Wonotoro sebagai sampel) khususnya, dan Girisubo pada umumnya. Ini menandakan bahwa masyarakat mulai sadar akan pentingnya posyandu dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. Meskipun demikian, beberapa tantangan masih perlu diatasi. Aksesibilitas ke posyandu masih menjadi masalah bagi beberapa keluarga, terutama yang tinggal di daerah terpencil, misalnya soal transportasi serta masalah waktu kegiatan yang terkadang berbarengan dengan acara-acara insidental. Belum lagi ada beberapa sasaran yang berdomisili di wilayah lain, sehingga menjadi kendala koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan. Hanya saja, untuk kegiatan kali ini memang tidak ada tolerasi, bahwa siapa pun sasarannya harus terpastikan pengukuran dan penimbangannya. Ada penekanan juga bahwa data hasil pemeriksaan catin dan bumil harus masuk aplikasi Elsimil BKKBN.
Optimisme Maksimal 24%
Panewu Girisubo, Edy Sedono, SSos, MSi, dalam penutupannya, menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Ia menekankan bahwa kegiatan ini hanyalah awal dari langkah panjang dalam upaya menurunkan angka stunting. "Kita harus terus bekerja sama, meningkatkan kualitas pelayanan, dan memastikan semua anak mendapatkan gizi yang cukup. Serta jangan lupa, semua data hasil pemeriksaan dan pengukuran dimasukkan dalam blanko dan link yang sudah tersedia. Edukasi secara terus menerus juga tak kalah pentingnya untuk meningkatkan kesadaran warga sasaran," ujarnya dengan penuh semangat.
Melalui kegiatan posyandu serentak ini, Kapanewon Girisubo telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung program nasional penurunan stunting. Dengan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi semua pihak, harapan untuk mencapai target maksimal 14% di tahun 2024 semoga kiranya bisa menjadi nyata.
3K (Kandang, Kebun, & Kolam)
Pada kesempatan tsb, Ketua TP PKK Kapanewon Girisubo, Irma Krismunarti, berbicara tentang pentingnya pemanfaatan 3K, yaitu Kandang, Kebun, dan Kolam, sebagai salah satu upaya dalam pencegahan stunting. Stunting adalah masalah yang sangat serius dan memerlukan perhatian kita semua. Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kesehatannya di masa depan.
Pertama, kata Irma, kita mulai dengan kandang. Pemeliharaan ayam di kandang memiliki peran yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan protein keluarga. Telur ayam adalah sumber protein yang sangat baik dan mudah didapatkan. Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita. Dengan memelihara ayam, kita tidak hanya mendapatkan telur yang kaya protein, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga melalui penjualan telur atau ayam itu sendiri. "Saya mendorong semua keluarga di Girisubo, dan khususnya Pucung ini, untuk mulai memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk membangun kandang ayam. Tidak perlu besar, yang penting cukup untuk memelihara beberapa ekor ayam yang dapat menghasilkan telur setiap hari."
Selanjutnya, lanjut Irma, adalah kolam, yang kita gunakan untuk memelihara ikan lele. Ikan lele juga merupakan sumber protein yang sangat baik. Selain itu, ikan lele mudah dipelihara dan tidak memerlukan perawatan yang rumit. Dengan memiliki kolam ikan di pekarangan rumah, kita dapat memastikan bahwa keluarga kita mendapatkan asupan protein hewani yang cukup. Protein dari ikan lele sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita, serta untuk kesehatan kita secara keseluruhan. Ikan lele juga bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga. "Saya mengajak kita semua untuk mulai membangun kolam ikan di lahan kosong yang kita miliki. Dengan cara ini, kita bisa mengatasi masalah kekurangan protein yang menjadi salah satu penyebab utama stunting," tegas Ketua TP PKK Girisubo.
Yang ketiga, kata Irma, adalah kebun. Menanam sayuran hijau seperti kelor dan ketela rambat sangat penting untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh, khususnya dalam pencegahan anemia dan meningkatkan kadar hemoglobin (HB) dalam darah. Daun kelor kaya akan vitamin dan mineral, sementara ketela rambat merupakan sumber karbohidrat yang baik. Dengan menanam sayuran sendiri, kita bisa memastikan bahwa keluarga kita mendapatkan asupan vitamin dan mineral yang cukup tanpa harus membeli di pasar yang mungkin harganya cukup mahal. Selain itu, sayuran yang kita tanam sendiri pasti lebih segar dan sehat karena kita tahu persis bagaimana cara menanam dan merawatnya tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya. "Saya sangat mengharapkan setiap keluarga di Pucung kita bisa memanfaatkan lahan di pekarangan rumah untuk menanam sayuran hijau ini," ujar istri Panewu Edy Sedono ini.
Pemanfaatan 3K: Kandang, Kolam, dan Kebun, tegas Irma, bukan sekedar kegiatan bertani atau beternak. Ini adalah bagian dari upaya kita untuk memastikan anak-anak kita tumbuh sehat dan kuat, serta terhindar dari stunting. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui penghematan biaya makanan dan bahkan penambahan penghasilan dari hasil panen atau ternak. Kita semua memiliki peran penting dalam pencegahan stunting. Dengan bekerja sama, saya yakin kita dapat mengatasi masalah ini dan memberikan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita.
Mari kita mulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita. Mulailah memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumah untuk kandang ayam, kolam ikan, dan kebun sayuran. Dengan begitu, kita tidak hanya membantu mencegah stunting, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi lingkungan sekitar kita.
"Saya juga mengajak seluruh anggota PKK dan masyarakat untuk aktif dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang akan kita adakan secara rutin. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam memanfaatkan 3K secara optimal. Saya yakin, dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, kita semua bisa berhasil dalam upaya ini," pungkas Irma.
Sementara itu, Panewu Anom Girisubo, Mugiyanto, SIP, MM, menekankan pentingnya ibu nifas mengkonsumsi jamu-jamu tradisional yang sudah kondang bermanfaat untuk melancarkan ASI, seperti kunyit, daun pepaya, jahe, dan daun katuk.(*)
0 Comments