Bimtek Percepatan Penurunan Stunting, dokter Hasto Sampaikan 3 Kunci Mewujudkan Perilaku Masyarakat yang Berkualitas

Oleh: Sabrur Rohim, SAg, MSI (PKB Kap Girisubo)

YOGYAKARTA | Bertempat di Malika Ballroom Sleman City Hall, Sabtu (15/6), telah dilaksanakan kegiatan, "Sinergi Penguatan Tenaga Lini Lapangan (TPK, Satgas Stunting dan PKB) untuk Mensukseskan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi DI Yogyakarta".

Kegiatan ini dihadiri oleh 1500-an peserta yang terdiri dari 1314 kader 3 unsur (bidan, kader PKK, kader KB/IMP) Tim Pendamping Keluarga, 151 penyuluh KB, seluruh komponen Satgas Stunting dari seluruh kabupaten dan kota di DIY.


Dua Data 

Hadir menyampaikan laporan penyelenggaraan Plt Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Mohamad Iqbal Apriansyah, SH, MPh. Iqbal mmengatakan, tujuan mengumpulkan ribuan TPK di Sleman City Hall untuk upaya menurunkan angka stunting. Diketahui bersama, bahwa ada dua data berkaitan dengan stunting di DIY sehingga diperlukan konfirmasi agar ada kepastian terkait dengan data.

“Kalau mengacu dari SDKI, angka stunting di DIY masih di kisaran 16% . Tetapi kalau dari e-PPGBM di angka 10,1%. Ini yang mau diklarifikasi agar datanya bisa sepadan,” katanya.

Iqbal berharap, TPK bisa berperan dalam meningkatkan partisipasi warga untuk datang ke posyandu. Tingkat kehadiran ini sangat penting akan kepastian data di lapangan. “Kehadiran harus di atas 95%,” kata Iqbal. 

Dalam kegiatan ini, sebagai narasumber utama adalah Veny Hidayat, MPsi, selaku psikolog memberikan materi mengenai pola asuh yang baik untuk melahirkan generasi dan keluarga berkualitas. Selain mendengarkan materi dan motivasi, Veny juga mengajak peserta untuk terlibat secara aktif dalam diskusi. Selain untuk meningkatkan partisipasi aktif para tenaga lini lapangan, diskusi ini juga ditujukan agar mereka secara proaktif terlibat dalam memecahkan masalah dan mencari solusi untuk meningkatkan efektivitas program.


Tiga Dimensi 

Kepala BKKBN RI, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K) juga hadir memberikan materi penguatan kepada seluruh tenaga lini lapangan yang hadir dalam even tsb.

Dikatakan oleh Hasto, bahwa keluarga menjadi tameng kesehatan mental. Hal inipun harus dipahami betul oleh masyarakat. Ada beberapa indikator dalam pembangunan keluarga dari tiga dimensi yakni: ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan. Dari dimensi ketentraman seperti pelaksanaan ibadah, kepemilikan akta nikah, kepemilikan jaminan kesehatan. Sedang dari dimensi kemandirian seperti kepemilikan sumber penghasilan, makanan beragam, rumah yang layak, kepemilikan tabungan, anak yang tidak putus sekolah. Di dimensi kebahagian bisa dicerminkan dalam interaksi yang berjalan tiap hari, pengasuhan anak bersama, berekreasi bersama dan kesertaan dalam kegiatan sosial. 

Dalam UU no 10 1992, tambah Hasto, terdapat delapan fungsi keluarga yakni agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, ekonomi dan lingkungan. Keluarga yang kuat dan berkualitas dapat tercermin dengan berjalannya semua fungsi tersebut.


Peran TPK
  
Dikatakan Hasto, bahwa peran tenaga lini lapangan, khususnya PKB dan TPK, sangatlah besar dalam terlaksananya program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting. Untuk itu diharapkan oleh Hasto agar seluruh kader tenaga lini lapangan dapat meningkatkan kesadaran, komitmen, partisipasi aktif, koordinasi dan saling bersinergi dalam intervensi serentak pencegahan stunting dan penimbangan serta pengukuran balita di bulan Juni ini. Tujuannya, kata Hasto, agar diperoleh angka yang akurat sehingga nantinya dapat diberikan intervensi yang tepat guna penurunan angka stunting yang signifikan di DIY. 

Hasto berharap sekali, kiranya TPK ini bisa memberikan pengaruh terhadap pola perilaku masyarakat dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas. “Dimulai dari keluarganya sendiri, kemudian ke tetangga-tetangganya untuk bisa mengubah pola hidup yang lebih berkualitas,” kata Hasto. 

Hasto menjelaskan ada tiga kunci untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang berkualitas sehingga stunting bisa ditanggulangi. Kunci pertama berkaitan dengan konsumsi, yakni bahwa hasyarakat harus membiasakan diri makan makanan yang bergizi dan sehat.

Menurut Hasto, sebenarnya stok gizi sudah melimpah ruah, hanya saja masyarakat masih sangat kurang memperhatikan muatan gizi. Sebagai contoh, ikan lele dan daging sapi, kandungan gizi lebih banyak di ikan lele. Tetapi, ujar Hasto, masyarakat masih menganggap daging sapi yang harganya cukup mahal menjadi sumber gizi yang lebih besar.

Hasto tidak menampik masih ada Sebagian kalangan yang makan secara sembarangan seperti nasi bersama dengan mie dan lainnya. Hal ini menjadi tugas dari TPK untuk memberikan pengertian pentingnya makanan bergizi seperti nasi dengan lauk telur atau ikan lengkap sayuran.

“Tidak sulit mendapatkan makanan bergizi karena dengan telur sudah mencukupi dalam upaya pencegahan stunting. Selain itu, ikan lele kandungan gizinya juga lebih tinggi ketimbang daging sapi,” ungkapnya.

Adapun kunci kedua berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Ia tidak menampik, TPK sudah paham berkaitan dengan masalah reproduksi seperti menikah jangan terlalu muda, memberikan jarak kelahiran yang tidak terlalu dekat.

“Ini harus disosialisasikan. Misalkan saat menikah, harus ada pendampingan terhadap calon mempelai perempuan untuk memastikan lingkar lengan mencapai 23,5 cm. Kalau kurang, ada upaya penambahan gizi agar mencapai bobot yang ideal,” katanya.

Kunci terkahir pencegahan stuting menyangkut masalah lingkungan. Menurut Hasto, sanitasi lingkungan yang baik akan akan berpengaruh terhadap Kesehatan sehingga harus terus disosialisasikan dan dilengkapi yang ada dalam keluarga.

“Misalnya jamban sehat ini harus ada dalam keluarga. Sebab, kalau sanitasi atau kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap Kesehatan anak,” katanya. 

Selepas penyampain materi, acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab antara peserta dan narasumber. Sebelum acara berakhir, diberikan banyak bonus, doorprize, dan hadiah menarik bagi para kader yang bisa menjawab pertanyaan atau karena beruntung nomor pesertanya muncul dalam pengundian.(*) 

0 Viewers

Post a Comment

0 Comments

The Magazine