Reportase: Sabrur Rohim, SAg, MSI (pemred Cahaya Keluarga)
Belum lama ini, sebagai bagian dari Gerakan percepatan penurunan angka stunting di DIY khususnya dan Indonesia pada umumnya, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta (Perwakilan BKKBN DIY) meluncurkan program “Dapur Sehat Atasi Stunting” (DASHAT) secara serentak di seluruh Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) se-DIY secara virtual dari Ruang Yudistira Kompleks Balaikota Yogyakarta di Jalan Kenari Nomor 56 Yogyakarta, Selasa (30/11/2021).
Launching DASHAT itu
sendiri bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Yogyakarta
(DP3AP2KB Pemkot Yogyakarta), itulah kenapa pelaksanaannya secara tatap muka bertempat
di kompleks Balaikota Yogyakarta. Akan tetapi, yang menyaksikan dan mengikuti
secara virtual adalah segenap lintas sector terkait di wilayah DIY yang terdiri
atas 5 kabupaten/kota.
Peluncuran Program DASHAT
dilakukan langsung oleh Kepala BKKBN Republik Indonesia Dr (HC) dr Hasto
Wardoyo, SpOG(K) secara virtual, serta disaksikan oleh Puteri Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara dan Wakil Walikota
Yogyakarta Drs Heroe Poerwadi, MA. Sebelumnya telah diluncurkannya Program
DASHAT di 10 provinsi pada tanggal 20 Agustus 2021.
Selanjutnya, selepas
launching, dibacakan “Deklarasi Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Desa
dan Kelurahan,” oleh lurah atau kades dan ditirukan oleh Ketua Tim Penggerak
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), ketua kelompok kerja (Pokja) Kampung
KB, bidan kalurahan, ketua kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga
akseptor (UPPKA), kader kelompok kegiatan (Poktan), dan penyuluh KB (PKB) di
posisi masing-masing (secara virtual).
Dalam kesempatan tersebut,
sekaligus dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Perwakilan BKKBN
DIY dengan PT BPS (Boga Perkasa Sejahtera) dan BKKBN dengan ACT (Aksi Cepat
Tanggap). Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka pendampingan program
pemberdayaan ekonomi keluarga bagi kelompok UPPKA guna mendukung program
DASHAT.
Waktu Kita Tinggal 2,5
Tahun
Dalam sambutan
pengarahannya, Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo mengatakan, bahwa, launching
program DASHAT ini adalah untuk menindaklanjuti spirit dari arahan
Bapak Presiden terkait dengan percepatan penurunan stunting yang harus menuju
angka 14% di tahun 2024. Waktu tinggal 2,5 tahun lagi, sehingga kita harus
bekerja cepat dalam rangka untuk merespon stunting itu.
“Kesempatan untuk mencegah
stunting itu,” lanjut mantan Bupati Kulonprogo, DIY, “ada pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) terhitung sejak pertemuan antara sel telur dan sel
sperma sampai si anak umurnya 2 tahun kurang sedikit, karena orang hamil itu
280 hari kemudian di luar tinggal sisanya 720 hari, dan dalam keadaan itu dia membutuhkan
asupan yang sangat penting untuk gizi seimbang.”
Hasto menambahkan, bahwa sebetulnya
pertanda bahwa 1000 hari itu penting sudah ada di dalam ciri-ciri bayi itu
sendiri, di mana sebelum usia 1000 hari ubun-ubunnya belum menutup, jadi masih
renggang, karena otak masih bisa berkembang. “Tetapi begitu masuk 1000 hari,
maka tulang ketemu tulang sehingga kepala sudah tidak dapat berkembang lagi
sehingga itulah kesempatannya 1000 HPK untuk memberikan asupan nutrisi yang
sebaik-baiknya”, terang Hasto.
“Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih atas inisiatif dari Gusti Bendara yang juga kemudian
ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupaten dan kota. Saya juga berterimakasih
kepada Bupati Bantul karena di Bantul juga sudah membuat inisiasi 1 dusun
diberikan anggaran 50 juta khusus untuk mengatasi stunting ini. Ini saya kira
kebijakan-kebijakan best practice yang sangat bagus untuk kemudian nanti
bisa kita share ke beberapa wilayah di Indonesia. Kunci sukses untuk
tidak stunting adalah gizi seimbang dan gizi seimbang itu tidak mahal, tetapi
kuncinya ada protein hewani dan kita anjurkan protein hewaninya tidak perlu
protein hewani yang mahal yaitu cukup protein hewani yang bersumber dari telur
dan ikan, karena telur dan ikan itu cukup murah”, tambah Hasto.
Hasto Wardoyo juga menyampaikan bahwa DASHAT akan ada dalam kampung keluarga berkualitas (kampung KB) dan menjadi pusat gizi serta pelayanan pada anak stunting. BKKBN bersama para ahli gizi telah menyusun menu sehat dengan konsep produk lokal karena sekaligus memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat sendiri.
DAHSAT merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang
memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting terutama
dari keluarga kurang mampu. Melalui pemanfaatan sumberdaya lokal (termasuk
bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/kontribusi dari
mitra lainnya.
Optimalisasi Sumber Daya Lokal
Shodiqin SH, MM Kepala
Perwakilan (Kaper) BKKBN DIY menuturkan bahwa peluncuran DASHAT di seluruh kampung
KB se-DIY ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat
melalui optimalisasi sumber daya lokal dan peningkatan ekonomi masyarakat lewat
kelompok UPPKA dalam rangka percepatan penurunan stunting di tingkat desa atau
kelurahan.
Kampung KB sendiri
merupakan kampung percontohan di level dusun yang ada di seluruh kapanewon di
DIY. Minimal ada 2 kampung KB di setiap kapanewon. Di antara kelompok kegiatan
yang dikembangkan di kampung KB adalah UPPKA (usaha peningkatan pendapatan
keluarga akseptor), sebagai wadah bagi parak akseptor KB di kampung KB untuk
meningkatkan derajat ekonomi keluarga melalui kegiatan ekonomi produktif
berbasis kelompok serta mengandalkan produk lokal.
“Harapannya, konsep DASHAT
bisa diimplementasikan di semua Kampung KB, dan bisa mendorong peran serta
masyarakat dalam upaya penangan stunting di tingkat desa atau kelurahan. Dalam
arti kegiatan di kampung KB kemudian menular ke kampung-kampung lain di kalurahan,”
ujar Shodiqin.
Atau, kata Shodiqin, bisa juga
dengan pendekatan lain, yakni kelompok UPPKA tetap berproduksi seperti sedia
kala (dengan produk yang sudah ada), namun sebagian keuntungannya digunakan
dalam mendukung penanganan dan pencegahan stunting dan meningkatkan kesehatan
ibu dan anak melalui program DASHAT tersebut.
“Awalnya nanti, pelaksanaan
DASHAT akan berada di sejumlah Kampung KB yang menjadi pilot project. Kemudian,
bila sukses, maka selanjutnya bisa diterapkan untuk seluruh kampung KB yang
ada. Sehingga, akan terbentuk DASHAT di seluruh kampung KB yang didukung
kelompok UPPKA,” terang Shodiqin.
Shodiqin menyampaikan,
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah menunjuk BKKBN menjadi Ketua Pelaksanaan
Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia pada 25 Januari
2021. Penunjukan BKKBN sebagai koordinator penurunan stunting atas pertimbangan
bahwa BKKBN memiliki sumber daya sampai akar rumput.
Tidak hanya tenaga
penggerak yang terdiri dari PKB serta Kader KB, BKKBN juga memiliki program
berbasis desa dan berbasis poktan untuk membentuk Keluarga Sejahtera.
Menindaklanjuti amanah Presiden Jokowi, maka dilaksanakanlah kegiatan DASHAT di
Kampung KB ini sebagai salah satu bentuk kegiatan yang akan dilakukan BKKBN
dalam upaya penurunan kasus stunting.
Dengan cara melakukan
kombinasi intervensi spesifik dan sensitif berupa pemberian makanan yang
berasal dari bahan pangan lokal dengan mekanisme Pemberdayaan Kelompok UPPKA.
“Salah satu upaya perbaikan gizi ibu hamil adalah melalui edukasi dan perbaikan
konsumsi pangan ibu hamil, menyusui dan balita dari berbagai pangan yang
tersedia, bergizi dan terjangkau dengan citarasa yang sesuai dengan selera
mereka,” ungkapnya.
Tiga Model
Shodiqin menjelaskan,
kegiatan DASHAT ini dirancang dalam tiga permodelan. Yang pertama model
sosial, yakni pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi
dengan bahan lokal yang sebagian besar kegiatan berupa pemberian makanan gratis
kepada kelompok sasaran (ibu hamil, ibu menyusui, dan anak baduta).
Kedua, model kombinasi, yaitu pemberdayaan
masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang
diperuntukkan bagi pemenuhan gizi kelompok sasaran (keluarga 1000 HPK) serta
masyarakat umum dengan metode penjualan.
Dan, ketiga model komersil,
yaitu pemberdayaan masyarakat melalui kelompok UPPKA untuk penyediaan makanan
padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dengan
metode penjualan dan penguatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang
makanan sehat.
Witriastuti Susan
Anggraeni, SE, MM, selaku Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk (Korbid Dalduk)
Perwakilan BKKBN DIY menambahkan, dalam rangkaian persiapan pelaksanaan DASHAT
ini, Perwakilan BKKBN DIY bekerjasama dengan Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan
(Pergizi Pangan) Indonesia, Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI),
Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM), dan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta telah menyusun 2 buku yang akan digunakan sebagai referensi menu
sehat untuk ibu hamil, ibu menyusui serta balita dengan memanfaatkan bahan
pangan lokal. “Kedua buku tersebut telah disosialisasikan pada tanggal 13
Agustus 2021,” imbuhnya.
Sedangkan sebagai
perwujudan aksi di lapangan, Perwakilan BKKBN DIY bekerja sama dengan PT BPS
dan ACT dengan membentuk badan usaha bersama yang didampingi oleh kedua mitra
untuk menciptakan produk-produk pangan dengan kearifan lokal yang bernilai gizi
tinggi dan bernilai jual tinggi.
Prioritas Keluarga Prasejahtera
Setelah dicanangkan, Perwakilan BKKBN DIY
berharap agar dalam waktu singkat DASHAT bisa dikembangkan dengan membantu
keluarga prasejahtera muda di wilayah kampung KB (tentu melalui KIE dan
pendampingan baik oleh pengurus Pokja kampung KB atau kader UPPKA), baik yang
baru menikah atau masih ikut orang tuanya, untuk mengadopsi gagasan dapur
DAHSAT tersebut. Adopsi yang dimaksud adalah bahwa di rumahnya mereka memasak
dengan pilihan makanan sehat dan bergizi.
Prioritas pada keluarga prasejahtera adalah
karena mereka sangat berisiko menurunkan generasi stunting. Kemiskinan akan
berdampak pada rendahnya asupan gizi berkualitas yang akan menggangu tumbuh
kembang anak.
Keluarga prasejahtera diarahkan untuk mengolah
halaman rumahnya menjadi “Kebun Bergizi”, sehingga dapurnya bisa memasak dari
hasil kebunnya sendiri, tidak membeli di pasar, warung, atau pedagang sayur
keliling. Kalau tidak memiliki kebun pada halaman rumahnya, anggota keluarga
prasejahtera tersebut oleh para penggerak di kalurahannya dianjurkan mengolah
halaman tetangga yang memiliki halaman menjadi “Kebun Bergizi”, sehingga
sebagai kompensasi bisa ikut memetik sayur dari halaman tetangga yang diolahnya
secara gotong-royong.
Dengan disertai vaksinasi dan imunisasi
sebelum mengandung dan makanan bergizi yang teratur itu, maka ibu muda itu akan
tertolong untuk hamil dengan sehat. Selain itu, sesudah melahirkan, dalam 1000
hari pertama ia disarankan makan dengan sayur, buah, dan ikan di kolam yang
menambah gizi, sehingga air susu yang diminum anaknya akan mengandung gizi yang
baik untuk tumbuh kembangnya.
Domestikasi
Pasca launching, para
pengurus pokja kampung KB pun segera berkomitmen untuk mengimplementasikannya
di wilayahnya masing-masing. Ini karena menjadi tugas besar dan amanah bagi
kampung KB, disebabkan posisi kampung KB sebagai pilot project yang
(jika berhasil) kemudian akan dikembangkan ke kampung-kampung (padukuhan,
dusun) lain untuk mengadopsi kegiatan yang sama. Dari situ kemudian DASHAT akan
dikembangkan di kalurahan/desa yang lain sehingga kemudian akan menjadi program
atau gerakan massal/kolektif di semua wilayah kabupaten/kota di DIY.
Dalam konteks Gunungkidul,
kampung KB percontohan Dusun Ngalangombo, misalnya, sedikit demi sedikit sudah
memulai gerakan DAHSAT ini. Menurut Sujadiyono, SSos, program DASHAT secara
normatif jelas diintegrasikan dengan UPPKA di kampung KB. Modelnya ada dua: sosial
dan penjualan, yakni dengan pemberdayaan warga/KK dengan dikoordinasi oleh
kader UPPKS untuk menyediakan makanan padat gizi yang diperuntukkan bagi
sasaran keluarga 1000 HPK (terutama dari kalangan keluarga prasejahtera dan
KS-1) secara gratis (cuma-cuma), sedangkan untuk warga yang mampu (KS-II, KS-III,
serta KS III plus) mendapatkannya dengan cara membeli.
Sekian lama ini, produk kuliner
UPPKA kampung KB Ngalangombo masih belum memperhatikan unsur gizi dan vitamin
yang dikhususkan untuk sasaran keluarga 1000 HPK. Bahan-bahan produksinya masih
mengandalkan hasil pertanian lokal dan yang bersifat musiman, misalnya saja ketela,
pisang, kacang tanah, dll, untuk menghasilkan produk makanan kering seperti
sriping ketela, sriping pisang, peyek, dan sejenisnya. Ada juga produk minuman
instan dari bahan jahe, atau batok/serabut kelapa yang dikreasikan menjadi pot gantung
untuk tanaman hias. Produk-produk ini sudah sekian lama menjadi ciri khas hasil
kreasi kelompok UPPKA di kampung KB Ngalangombo, yang dijual di lingkup warga
Ngalangombo sendiri maupun kepada pihak lain ketika ada kunjungan studi
banding, pembinaan dari dinas terkait, pameran, bazar, dan semacamnya.
Kini setelah dicanangkannya
program DASHAT, kegiatan produksi tentu akan bertambah variannya. Per akhri
2021 ini, menurut Sujadiyono, sudah diwujudkan “Kebun Sehat” di Dusun
Ngalangombi. Wahana yang memanfaatkan pekarangan salah satu warga ini dikelola
bersama untuk menanam aneka macam sayuran dan buah-buahan lokal yang kaya akan
gizi dan vitamin. Hasil panen dari “Kebun Sehat” ini kemudian nantinya yang
diberikan secara gratis kepada sasaran keluarga 1000 HPK prasejahtera dan KS-I
melalui saluran Posyandu, serta ada juga dijual kepada masyarakat umum (KS-II,
KS-III, dan KS-III plus).
Selain sayur-mayur dan
buah, kampung KB Ngalangombo juga mengembangkan budidaya lele konsumsi. Sama
halnya dengan “Kebun Sehat”, lokasi budidaya lele konsumsi juga memanfaatkan
lahan yang dimiliki oleh salah satu kader UPPKA. Sebagaimana diketahui, dan
sudah sering disampaikan oleh Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo, SpOG(K),
bahwa ikan lele mengandung omega 3 yang sangat bagus untuk mencukupi kebutuhan
protein hewani bumil (ibu hamil) dan busui (ibu menyusui). Ikan lele ini secara
khusus diberikan pada keluarga 1000 HPK dari kalangan bumil dan busui di
kampung KB Ngalangombo.
Tidak puas hanya dengan
“Kebun Sehat” yang terlokalisasi di satu tempat dengan pengelolaan secara
kolektif, Sujadiyono selaku penyuluh KB pembina kampung KB juga mengajak agar
segenap warga/KK juga memberdayakan diri dengan menanam sayur-mayur dan buah
lokal di rumahnya masing-masing. Caranya, menurut Sujadi, adalah dengan domestikasi
tanaman sayur-mayur dan buah. Bagaimana persisnya, Pak Jadi?
“Kita kan sering melihat di
pekarangan, di sawah, ladang, alas (hutan), di mana sejumlah tanaman
sayur dan buah tumbuh secara liar. Alangkah baik jika di musim penghujan
begini, tanaman-tanaman itu kita pindah ke dekat rumah kita, ditanam di pot-pot
sederhana, atau di sebidang kecil tanah di halaman rumah kita, ada bayam, ada
cabai, ada kangkung, terong, jambu biji, pepaya, dan sebagainya, lalu hasilnya
nanti bis akita nikmati sendiri, sehingga kita tak perlu beli pada tukang sayur
atau ke pasar,” kata Pak Jadi, sapaan akrabnya. “Inilah yang sedang dan akan
terus kita kembangkan di kampung KB Ngalangombo.”
Budaya Makan Ikan
Sementara itu, di kampung
KB lain, misalnya di Nanas, Girisubo, program pemberdayaan masyarakat untuk
menyediakan asupan protein hewani yang padat gizi juga sudah berlangsung
relatif lama, bahkan jauh sebelum pencanangan program DAHSAT oleh Perwakilan BKKBN
DIY ini. Ini karena UPPKA Mina Jaya kampung KB Nanas, Tileng, Girisubo,
memiliki produk unggulan pelbagai kuliner kering dan basah berbahan dasar ikan
tuna seperti abon ikan tuna, stik ikan tuna, bakso ikan tuna, bakso tahu ikan
tuna, dan siomay ikan tuna.
Menurut Yuniati, ketua
UPPKA Mina Jaya, alasan memilih bahan baku ikan tuna untuk semua produknya
adalah karena kebanyakan suami dari para anggota UPPKA merupakan nelayan di
pantai Sadeng. “Para suami kami umumnya sebagai nelayan, sehingga kami tidak
kerepotan dalam hal penyediaan bahan baku ikan untuk kemudian diolah menjadi
aneka produk kuliner berbahan dasar ikan tuna. Hanya saja, kelemahannya, memang
tidak sepanjang waktu nelayan bisa membawa pulang ikan tuna, juga tidak setiap
saat hasil tangkapan ikan melimpah,” ungkap Yuni.
Produk berbahan baku ikan
tuna dari UPPKA Teratai kampung KB Nanas sekarang sudah banyak dikenal oleh
masyarakat luas, tidak hanya di lingkup Tileng, tetapi juga di
kalurahan-kalurahan lain, bahkan sampai ke luar kapanewon dan juga lintas
kabupaten dan lintas provinsi, karena cara pemasaran yang dilakukan tidak hanya
secara konvensional, tetapi juga melalui media sosial. “Produk kami juga sudah
mendapatkan PIRT dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, sehingga kualitas produk
kami bisa diandalkan, bukan kaleng-kaleng,” kata Yuniati bangga.
Yang jelas, lanjut Yuni
(sapaan akrabnya), dengan produk berbahan baku ikan tuna ini bukan saja
berdampak pada perekonomian warga kampung KB, tetapi juga menunjang kesehatan
masyarakat di kampung KB.
“Alhamdulillah, dengan
adanya UPPKA di kampung KB, yang terus dibina oleh penyuluh KB dan
dinas/instansi terkait baik dalam hal produksi maupun pemasaran, produk kami
makin dikenal sehingga angka penjualan juga terus naik. Ini tentu berdampak
pada tingkat perekonomian anggota poktan UPPKA. Dan ini jelas jadi motivasi
bagi kami untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk kami,” kata
Yuni.
“Di sisi lain,” lanjut
Yuni, “adanya produk UPPKA berbahan baku ikan tuna ini memudahkan kami, warga
kampung KB Nanas, untuk membudayakan konsumsi ikan laut. Karena kami sering
bergelut dalam kegiatan membuat produk berbahan ikan laut, otomatis kami juga
sering mengonsumsi ikan laut. Anak-anak kami juga membiasakan diri konsumsi
ikan laut. Menu berbahan baku ikan tuna, misalnya abon, sudah rutin kami
jadikan menu tambahan wajib bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, yang
dibagikan pada saat pertemuan Posyandu ataupun pertemuan BKB. Menu tersebut
kami integrasikan dengan program PMT balita dari kalurahan.”
Kabid Dalduk dan KB, Muh Amirudin, SSos, mempersilahkan kepada semua kampung KB untuk menggunakan cara dan pendekatan masing-masing di dalam mengimplementasikan program DASHAT, sesuai dengan potensi lokal dan SDM yang ada. “Modelnya tinggal pilih salah satu: sosial, kombinasi, atau komersil. Prinsip utamanya adalah memberdayakan masyarakat setempat, yakni di kampung KB, untuk mencukupi kebutuhan protein dan gizi yang tinggi bagi keluarga 1000 HPK, dan alangkah lebih baik jika bisa menambah penghasilan bagi poktan UPPKA di situ,” pungkas Amir.(gus broer, dari pelbagai sumber)
1 Comments
Halo semuanya, saya Rika Nadia, saat ini tinggal orang Indonesia dan saya warga negara, saya tinggal di JL. Baru II Gg. Jaman Keb. Lama Utara RT.004 RW.002 No. 26. Saya ingin menggunakan media ini untuk memberikan saran nyata kepada semua warga negara Indonesia yang mencari pinjaman online untuk berhati-hati karena internet penuh dengan penipuan, kadang-kadang saya benar-benar membutuhkan pinjaman , karena keuangan saya buruk. statusnya tidak begitu baik dan saya sangat ingin mendapatkan pinjaman, jadi saya jatuh ke tangan pemberi pinjaman palsu, dari Nigeria dan Singapura dan Ghana. Saya hampir mati, sampai seorang teman saya bernama EWITA YUDA (ewitayuda1@gmail.com) memberi tahu saya tentang pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ny. ESTHER PATRICK Manajer cabang dari Access loan Firm, Dia adalah pemberi pinjaman global; yang saya hubungi dan dia meminjamkan saya pinjaman Rp600.000.000 dalam waktu kurang dari 12 jam dengan tingkat bunga 2% dan itu mengubah kehidupan seluruh keluarga saya.
ReplyDeleteSaya menerima pinjaman saya di rekening bank saya setelah Nyonya. LADY ESTHER telah mentransfer pinjaman kepada saya, ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah Rp600.000.000 yang saya terapkan telah dikreditkan ke rekening bank saya. dan saya punya buktinya dengan saya, karena saya masih terkejut, emailnya adalah (ESTHERPATRICK83@GMAIL.COM)
Jadi untuk pekerjaan yang baik, LADY ESTHER telah melakukannya dalam hidup saya dan keluarga saya, saya memutuskan untuk memberi tahu dan membagikan kesaksian saya tentang LADY ESTHER, sehingga orang-orang dari negara saya dan kota saya dapat memperoleh pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) silakan hubungi LADY ESTHER Dia tidak tahu bahwa saya melakukan ini tetapi saya sangat senang sekarang dan saya memutuskan untuk memberi tahu orang lain tentang dia, Dia menawarkan semua jenis pinjaman baik untuk perorangan maupun perusahaan dan juga saya ingin Tuhan memberkati dia lebih banyak,
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: (rikanadia6@gmail.com). Sekarang, saya adalah pemilik bangga seorang wanita bisnis yang baik dan besar di kota saya, Semoga Tuhan Yang Mahakuasa terus memberkati LADY ESTHER atas pekerjaannya yang baik dalam hidup dan keluarga saya.
Tolong lakukan dengan baik untuk meminta saya untuk rincian lebih lanjut tentang Ibu dan saya akan menginstruksikan, dan ada bukti pinjaman, hubungi LADY ESTHER melalui email: (estherpatrick83@gmail.com) Terima kasih semua