Koresponden: Drs Jumadal (penyuluh KB Bukit Patuk)
PATUK | Hari Rabu (29/9) di Balai Padukuhan Kayugerit Kalurahan Terbah Kapanewon Patuk dilaksanakan kegiatan, “Pembinaan Poktan di Kampung KB Kayugerit”. Acara tersebut dihadiri oleh Lurah Terbah, Kamituwo ,dan masyarakat Padukuhan Kayugerit serta Penyuluh KB Kapanewon Patuk sekaligus sebagai nara sumber.
Dalam sambutannya, Giyanto, Lurah Terbah, mengajak kepada warga agar meningkatkan semua kegiatan yang ada di Kampung KB Kayugerit. Dalam melaksanakan kegiatan beliau lebih menekankan kepada penerapan delapan fungsi keluarga dalam masyarakat yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan lingkungan.
Selain hal tersebut Lurah Terbah juga mengingatkan kepada seluruh warganya, khusunya warga Padukuhan Kayugerit yang belum melaksanakan vaksinasi keluarga agar segera melakukan vaksinasi untuk memjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya. Di Kalurahan Terbah baru 75% yang sudah melaksanakan vasinasi. Sedangkan sisanya masih ada 25% yang belum melaksanakan vaksinansi. Vaksinasi ini sangat penting untuk melindungi kesehatan bagi kita. Jangan takut untuk divaksin. Demikian Lurah Terbah mensupport warganya agar segera dan mau melakukan vaksinasi.
Poktan Tribina
Pemaparan materi, “Sosialisasi Tri Bina di Kampung KB Kayugerit”, disampaikan oleh Drs Jumadal yang juga sebagai Koordinator Penyuluh KB Kapanewon Patuk. Dalam pemaparannya dikatakan bahwa BKB adalah sebuah kegiatan yang khusus mengelola pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh sejumlah kader yang berada ditingkat padukuhan.
Di Padukuhan Kayugerit sendiri sudah dibentuk BKB, BKR dan BKL jauh sebelum Kampung KB dibentuk. Ini merupakan modal dasar yang sangat bagus untuk keberlangsungan berkembangnya kegiatan tersebut dalam masyarakat.
Adapun tujuan BKB, kata Jumadal, adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua untuk mengasuh serta membina tumbuh kembang anak. Upaya tersebut melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral. Pemerintah mengajak orangtua untuk meningkatkan kualitas anak dalam rangka pembangunan keluarga. Kelompok Bina Keluarga Balita merupakan salah satu bentuk kegiatan kelompok yang menjadi program unggulan, yang bertujuan untuk membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi.
Selanjutnya adalah BKR, bina keluarga remaja. Kelompok Bina Keluarga Remaja merupakan wadah yang tepat untuk melaksanakan bimbingan, pembinaan, dan memberikan pengetahuan kepada keluarga yang mempunyai remaja berusia 10-24 tahun.
Selain itu, BKR juga sebagai wadah komunikasi, interaksi, dan tukar pengalaman serta pemikiran antara keluarga yang sedang atau akan menghadapi masalah remaja sehingga bisa memberikan pandangan untuk memecahkan masalah secara bersama. Dengan adanya pengembangkan kelompok BKR ini juga bisa membantu orangtua dalam memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi dengan remaja.
Bentuk kegiatan yang dilakukan BKR adalah dengan mengumpulkan para orangtua yang mempunyai anak remaja. Biasanya kegiatan ini dilakukan selama sebulan sekali untuk diberikan pendidikan, pelatihan dan pengetahuan seputar permasalahan dan cara mengatasai permasalahan remaja.
Agar terbentuk keluarga terencana yang harmonis tentu dibutuhkan adanya komunikasi yang baik berlandaskan asas musyawarah dan mufakat. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dalam memahami perkembangan anaknya dalam mencapai tahapan tertentu yang akan menghantarkan mereka untuk siap dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dengan mengikuti edukasi kelompok BKR, maka para orangtua bisa mengetahui seluk beluk permasalahan remaja dan bagaimana cara mengatasinya untuk bisa menciptakan keluarga yang harmonis.
Bina Keluarga Lansia, BKL, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dengan tujuan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan bagi keluarga yang mempunyai orang tua atau lanjut usia. Pengetahuan ini meliputi pola perawatan, pengasuhan, dan pemberdayaan kaum lansia agar kesejahteraannya bisa meningkat.
BKL mempunyai dua sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsungnya adalah keluarga yang mempunyai lansia atau keluarga yang semua anggotanya merupakan kaum lansia. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah perorangan seperti guru, ulama, tokoh adat, dan pemuda. Kemudian, yang kedua adalah lembaga pemerintah maupun swasta, seperti sekolah, organisasi perempuan dal lain-lain.
Kaum lansia pada umumnya juga memiliki perasaan yang sangat peka dan mudah tersinggung. Bahkan, jika muncul perbedaan sedikit saja langsung memunculkan rasa curiga pada orang lain. Selain itu, kaum lansia juga biasanya mudah tegang, gelisah, dan memiliki banyak tuntutan yang kadangkala sulit untuk dipenuhi.
Lansia juga sering dihinggapi rasa sepi. Terutama yang sudah ditinggal oleh suami atau istrinya apalagi ketika semua anaknya sudah menikah serta memiliki kehidupan sendiri. Rasa sepi ini akan memunculkan suatu perasaan jika dirinya sudah tidak punya manfaat lagi bagi orang lain atau masyarakat.
Kondisi tersebut akan berdampak pada tekanan jiwa dan stres. Agar masalah tersebut bisa dihindari, BKL punya program-program untuk memberdayakan mereka. Sehingga, kaum lansia tetap bisa berkarya dan memberi manfaat baik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Pada akhirnya, mereka tidak akan merasa tersingkirkan lagi dari keluarga atau pergaulannya di masyarakat.
Banyaknya lansia sebenarnya bukan suatu ancaman jika mereka produktif. Karena itu, BKKBN bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan mengembangkan program lansia tangguh. Selain merawat lansia ini lebih banyak hidupnya, dan lebih panjang masa produktif. Lansia tangguh adalah upaya agar meskipun telah berusia di atas 60 sampai 70 tahun lansia tetap produktif.
Yang dibutuhkan dari lansia lebih banyak kebijaksanaannya atau otak, bukan otot. Juga mempertimbangkan resiko pekerjaan kasar. Para lansia itu diberikan berbagai pelatihan, sehingga masih bisa bekerja sampai 10 tahun berikutnya setelah pensiun. Lansia 70 sampai 80 tahun diharapkan bisa mandiri. Artinya bisa mengurus dirinya sendiri. Baru di usia 80 tahun ke atas hampir sebagian besar membutuhkan pendampingan melalui pengembangan home care atau pengobatan di rumah. Upaya tersebut perlu didukung dengan kemampuan kesehatan, dan fasilitas publik yang mendukung lansia bisa berkarya.
Hindari Nikah Dini
Di penghujung acara, Suyadi, Kamituwa Kalurahan Terbah, juga memberikan arahan kepada para peserta sosialisasi Tri Bina. Dikatakan bahwa agar para remaja di Padukuhan Kayugerit supaya menghindari adanya pernikahan dini. Sebab banyak kerugian yang terjadi apabila menikah secara dini. Kerugian tersebut anata lain adalah tidak sebebas ketika masih lajang. Selain hal tersebut mental dan psikologs belum matang. Ketika sudah menikah tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendri, tapi juga pada pasangannya.
Kerugian lain yang paling ditakuti adalah perceraian. Kerugian satu ini memang banyak dikhawatirkan orang-orang pada umumnya. Banyak diantara yang menikah dini ini terjadi perceraian pada akhirnya. Perceraian merupakan momok menakutkan karena menimbulkan aib keluarga. Oleh karena itu hindari pernikahan usia dini, demikian pungkas Kamituwo Kalurahan Terbah yang langsung menutup acara secara resmi sosialisasi Tri Bina Kampung KB.
Acara ditutup pada jam 13.00 WIB.(*)
0 Comments