Kenapa PUS Lebih Suka Pilih Kontrasepsi Hormonal? Padahal...

Oleh: Ir Sihana Yuliarto (koordinator PKB Tanjungsari)

Terwujudnya keluarga berkualitas guna menudukung menuju Indonesia maju di masa yang akan datang merupakan hal yang urgen yang harus diupayakan negeri tercinta ini. Harapan besar dengan keluarga berkualitas yang terbentuk, akan menghasilkan generasi-generasi unggul di masa yang akan datang sekaligus dapat menjadi aset pembangunan.

Dalam hal ini BKKBN mempunyai peran yang sangat vital. Melalui slogan "Hidup Berencana Itu Keren", BKKBN mengajak seluruh komponen masyarakat untuk mengkampanyekan pentingnya perencanaan keluarga. Banyak hal yang perlu direncanakan para remaja sebelum memasuki jenjang pernikahan, antara lain: usia ideal menikah, jumlah anak yang akan dimiliki, termasuk jenis alat kontrasepsi yang akan dipakai. Tidak kalah penting juga perlu kesiapan secara fisik, mental, sosial serta ekonomi. Salah satu langkah yang tidak bisa dipisahkan dalam perencanaan keluarga adalah program KB.

Program KB itu sendiri mempunyai 3 tujuan utama antara lain:
1. Menunda kehamilan
2. Mengatur jarak kehamilan
3. Menghentikan kehamilan

Agar tujuan PUS dalam ber KB tercapai, perlu pemilihan alat kontrasepsi yang tepat, dikarenakan masing-masing alat kontasepsi mempunyai tingkat efektifitas dan efek samping yang berbeda-beda. Sangat diharapkan PUS dapat menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kondisi tubuhnya, sehingga selain berperan dalam suksesnya program KB, kesehatan reproduksinya juga terjamin.

Alat Kontraspsi
Alat kontrasepsi adalah metode atau alat yang secara khusus digunakan untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan saat berhubungan seksual. Dalam memilih metode kontrasepsi harus memperhatikan banyak faktor, antara lain tingkat keamanan, efektivitas hingga kenyamanan dan efek samping yang ditimbulkan.

Jenis kontrasepsi antara lain:
1. Kontrasepsi hormonal, meliputi pil KB, suntik KB, dan implan
2. Kontrasepsi non hormonal, meliputi IUD, kondom
3. Kontraspsi mantap meliputi MOP dan MOW

Dari data statistik rutin Perwakilan BKKBN DIY untuk bulan Agustus 2021 diketahui, di kabupaten Gunungkidul, jumlah total peserta KB aktif untuk kontraepsi hormonal sejumlah 63.489 peserta yang meliputi, PA implan 11.769, PA KB suntik 39.807, dan PA KB pil 11.905 peserta. Bila dilihat secara prosentase diketahui bahwa 69.14 persen peserta KB aktif yang ada di kabupaten Gunungkidul memakai kontrasepsi hormonal (implant, suntik, atau pil). Melihat data tersebut diketahui bahwa, minat PUS untuk memakai jenis kontrasepsi hormonal masih sangat tinggi.

Pada tulisan ini akan fokus membahas tentang fenomena di balik tingginya minat PUS pada pemakaian kontrasepsi hormonal. Beberapa hal alasan di balik tingginya minat PUS menggunakan kontrasepsi hormonal (implant, suntik, atau pil KB), antara lain:

1. Tingkat efektifitas kontrasepsi hormonal termasuk dalam kategori sangat efektif

Kontrasepsi dapat dikategorikan sangat efektif apabila kurang dari 5 kehamilan per 100 perempuan dalam waktu tertentu.

Kontrasepsi implant mempunyai tingkat efektifitas 99 persen (pemaikaian tahun pertama kurang dari 1 kehamilan terjadi pada 100 wanita). Maka kontrasepsi ini dipandang sangat tepat untuk mengatur jarak kehamilan.

Implan merupakan kapsul batang kecil yang dipasang dibawah kulit, yang dapat melindungi jangka panjang terhadap kehamilan selama 3-4 tahun.

2. Kontrasepsi hormonal ikut berperan dalam meningkatkan kesertaan KB MKJP

Melihat data laporan capaian peserta KB aktif kabupaten Gunungkidul, diketahui dari total jumlah peserta KB Aktif 91.817, ada 35.119 peserta memakai kontrasepsi MKJP (IUD, implan, MOW, MOP). Capaian kesertaan KB MKJP tidak terlepas dari peran kontrasepsi hormonal. Ada beberapa PUS sudah muncul untuk konversi ke KB MKJP, namun untuk memakai kontrasepsi IUD banyak PUS yang belum bersedia dengan berbagai alasan, sehingga implan menjadi pilihan alternatif, yang juga memiliki tingkat efektifitas sangat efektif, dan dapat melindungi jangka panjang terhadap kehamilan.

3. Keterlambatan munculnya kesuburan setelah dihentikan pemakaian kontrasepsi hormonal

PUS yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik, pil, implan) akan mengalami gangguan tidak haid (amenore). Karena cara kerja dari kontrasepsi hormonal tersebut adalah menekan hormon reproduksi wanita, yaitu estrogen dan progesteran, maka pada saat penggunaaan kontrasepsi hormonal tersebut dihentikan terkadang kesuburan tidak segara muncul, karena akumulasi hormon yang tersimpan dalam lemak tubuh butuh waktu untuk terurai, biasanya membutuhkan waktu 6 bulan bahkan bisa lebih.

4. Munculnya efek samping pada pemakaian kontasepsi hormonal

Hanya karena dengan alasan lebih praktis, tidak sedikit PUS yang mangabaikan efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi hormonal, walupun merugikan kesehatannya. Efek samping kontasepsi hormonal antara lain:
a. Pusing dan nyeri payudara, ini sering terjadi pada PUS yang memakai kontrasepsi pil KB.
b. Perdarahan, ini biasanya terjadi pada penggunaan kontrasepsi suntik KB, pil mini dan implan progestin. Ini disebabkan karena lapisan rahim yang tipis, kadang mengelupas sedikit dan menyebabkan perdarahan.
c. Libido turun. Ini terjadi pada kontasepsi pil KB, solusi yang dapat dilakukan dengan mengganti pil KB dengan sesuatu yang lebih androgenic (mengandung hormone testoteron yang lebih banyak).

d.  Mual. PUS yang menggunakan kontrasepsi PIL KB, akan timbul efek samping berupa mual, namun kemungkinan akan hilang setelah beberapa bulan pemakaian.
e. Mood naik turun. Apabila PUS mengalami mood yang berubah-ubah, dimungkinkan adalah efek samping penggunaan kontrasepsi Pil KB, sebagai solusi perlu mengubah formula pil kontrasepsi.

Semua jenis kontrasepsi pada dasarnya baik, yang paling penting tepat dalam penggunaannya, tepat memilih kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuhnya. Harapan tujuan program KB (menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan, dan menghentikan kehamilan) dapat tercapai.(*)