Koresponden: Drs Edy Pranoto
Playen | Virus
Corona atau Covid-19 pertama kali muncul dari kota Wuhan,
China. Virus ini begitu cepat menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia
melalui interaksi manusia, lewat perantara kontak fisik pada benda
yang sudah terpapar virus atau bisa juga lewat dropled (percikan air
ludah,ingus) dari sipembawa virus. Karena zatnya yang mikro, kecil, maka orang
tak mampu untuk melihat secara kasat mata terhadap virus Corona ini.
Penyebaran
di Indonesia mungkin sudah sejak bulan Januari 2020, namun menjadi
berita yang santer dan selalu menjadi bahasan topik berita utama
semenjak kasusnya mulai menyebar meluas begitu cepat di ibukota
Jakarta. Kasus ODP yang terus berlipat menyebabkan meningkatnya PDP
telah membuat semua pihak mulai gusar dan waspada, terlebih karena
angka kematian yang ditimbulkan lebih besar dari pada angka pasien
yang berhasil disembuhkan.
Sampai
tanggal 3 April 2020 pukul 09.00 WIB (ketika artikel ini saya tulis), menurut data dari PHEOC
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dari 7.425 data spesimen yang diterima, ada 5635 kasus dinyatakan negatif corona. Sedangkan
1790 kasus corona, ada 113 konfirmasi positif. Sedangkan kasus yang
meinggal ada 170 orang. Ada 112 kasus berhasil disembuhkan.
Sedangkan pasien yang masih dalam perawatan ada 1508 orang. Dibanding
dengan negeri China untuk kasus kesembuhan masih tinggi di China yang
angkanya mencapai 92,4 %, sedangkan di Indonesia baru mencapai 6,3 %.
Sedangkan kasus kematian di Indonesia mencapai 9,5 % sedangkan di
China cuma 4 %.
Penyebaran
Covid-19 di Indonesia dikhawatirkan akan semakin meluas diseluruh
daerah, mengingat pemerintah pusat belum mengambil kebijakan lockdown total atau Pembatasan Sosial Skala Besar di seluruh wilayah
NKRI. Pembatasan penggerakan masyarakat dilakukan mulai dari larangan
berkumpul ditempat pendidikan, tempat ibadah, maupun di tempat kerja.
Pembatasan juga dilakukan di sektor trasportasi umum. Sosial distance
sebagai langkah yang diutamakan untuk mengurangi penyebaran Covid-19,
di samping melakukan pola hidup bersih dan sehat. Akibat dari sosial
distance dan pembatasan pergerakan manusia secara terbatas (limited
move man), telah timbul berbagai aktifitas sosial dan ekonomi
hampir terhenti. Sebagai dampaknya arus mudik (pulang kampung) bagi
sebagian besar warga yang ada di pusat perkotaan (episentrum pandemi,
seperti kota Jakarta) menuju daerah, seperti Gunungkidul, Wonogiri, dan
daerah lain semakin hari semakin banyak jumlahnya.
Pelayanan-pelayanan
medis yang ada di wilayah paling bawah (seperti Puskesmas),
energinya dikerahkan terpusat untuk pencegahan penyebaran Covid-19,
apakah itu dalam bentuk perekaman data pada pemudik, pengukuran suhu
tubuh, deteksi dini melalui pengawasan pada pemudik (ODP) selama masa
karantina mandiri. Pos-pos pantau mulai didirikan di ujung gang
pintu masuk ke desa. Pemandangan ini semakin tegang manakala
disetiap gang masuk kampung/dusun tertulis kata-kata ,”Lokcdown
bagi pendatang”. Kewaspadaan masyarakat mulai tumbuh subur terhadap
penyebaran Covid-19, sehingga orang dengan sadar menggunakan masker,
cuci tangan pakai sabun, serta meski disertai rasa cemas dan bosan
bersedia tinggal di rumah.
Mudah-mudahan
kebijakan pemerintah pusat melakukan kebijakan Pembatasan Sosial
Bersekala Besar yang baru berlaku di ibukota Jakarta mulai Jumat
10 April 2020 akan mampu menekan, mengontrol arus mobilitas penduduk
untuk pulang kampung. Ini sangat serius guna mencegah wabah Covid-19
menyebar ke daerah-daerah.
Bagaimana
dampak penyebaran covid-19 terhadap program KKBPK? Sebut saja, misalnya, soal pelayanan kontrasepsi bagi peserta KB baru. Di kecamatan Playen tiga
bulan terakhir capaian peserta KB baru terus menurun. Di bulan
Januari pencapaian peserta KB baru ada 51 PUS , Februari ada 39 PUS
dan Maret turun lagi menjadi 29 PUS dari empat Klinik KB yang ada.
Angka 29 ini disumbang dari peserta KB pasca salin yang menjadi
program unggulan untuk menjaring peserta KB baru dari KKB Nur Rohmah.
Untuk puskesmas Playen I lebih ekstrem lagi, karena bulan Maret tidak
ada peserta KB baru. Penyebabnya sudah jelas sebagai dampak
Penyebaran Covid19. Puskesmas mengambil kebijakan untuk pelayanan
kesehatan ternmasuk KB hanya dilayani di Puskesmas, sehingga delapan
pustu ditutup. Sementara itu pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih
fokus pada pasien yang sangat memerlukan, artinya bagi pasien umum
yang tidak serius penyakitnya lebih baik tinggal dirumah untuk
sementara sebagai antisipasi penyebaran corona. Tenaga medis pun
didalam bekerja ada kebijakan dibuat bergantian atau sif (sehari
masuk, sehari kerja dari rumah) sebagai upaya pengurangan interaksi
dengan ODP atau kemungkinan pembawa virus corona.
Di sisi lain peserta
KB ulang yang menggunakan pil atau kondom cenderung takut untuk pergi ke
Puskesmas dan memilih untuk memperoleh alkon di apotek secara
mandiri. Sementara pengguna alkon MKJP ulang untuk sementara beralih
ke KB dengan cara tradisional.
Bagaimana
dengan program yang berhubungan dengan penggerakan masyarakat selama
masa pandemic Covid-19? Kegiatan pertemuan BKB, BKR, BKL, PIK
Remaja, UPPKS, Rakor desa, Rakor Kecamatan, lokakarya mini secara
otomatis terhenti. Maklumat Kapolri, kebijakan sosial distance,
kebijakan limited move man serta rasa ketakutan masyarakat terhadap
bahaya wabah pandemi Covid-19 secara otomatis menghentikan semua
kegiatan yang bersifat pengumpulan masa.
Apakah
pelayanan penyuluhan dengan demikian terhenti ? Jawabnya tidak. PKB
justru harus mampu bermanuver di situasi yang sulit seperti ini.
Mengingat semua wilayah di kecamatan Playen telah ada jaringan sinyal
internet, maka kegiatan penyuluhan dilakukan melalui media sosial.
PKB telah memiliki grup WhatsApp di masing-msing desa maupun di
tingkat kecamatan. Grup WA yang anggotanya dari Sub PPKBD, PPKBD,
kader posyandu, kader PKK bisa menjadi sasaran KIE kelompok melalui
media sosial. Misalnya saja, Grup Kader Gading adalah grup WA kader
dari desa Gading yang beranggota 49 orang. Grup PKK desa Ngunut,
merupakan grup WA dari Desa Ngunut beranggotakan 41 kader PKK Ngunut
dsb.
Sesuai
dengan kondisi yang sedang hangat, maka topik penyuluhan bisa
mengambil tema tentang apa itu Covid-19, bagaimana penyebarannya,
bagaimana pencegahannya dan peran apa yang bisa dilakukan kader
menghadapi pemudik yang mulai berdatangan, bagaimana menghadapi ODP,
PDP, apa itu karantina mandiri dan sebagainya. Memberikan pengertian,
motifasi pada kader dalam menghadapi situasi tak menentu , kelesuan
ekonomi, banyaknya gelombang pemudik sangatlah penting dalam upaya
tetap menjaga ketahanan keluarga agar fungsi-fungsi keluarga tetap
berjalan dengan baik.
Sampai
hari Kamis 9 April 2020, pemudik di Kecamatan Playen sudah lebih dari
400 jiwa yang tersebar di 13 desa. Pemudik ini berasal dari berbagai
kota di Indonesia, termasuk terbanyak dari kota zona merah (Jakarta).
Status pemudik pun bermacam-macam, ada yang aman, sehat, ODP, PDP,
perlu konfirmasi, dsb. Mengingat banyak kader yang dilibatkan di pos
pantau pemudik, dan mereka pun memiliki jaringan di kelompok-kelompok
kegiatan maka PKB bisa memanfaatkan melakukan KIE ketahanan keluarga
secara multi lefel. Harapannya PKB tetap eksis memberikan kontribusi
pencegahan penyebaran Covid-19 melalui KIE kelompok menggunakan media
jaringan grup WA.
Kata
kunci, mari kita gunakan jaringan sosial kelompok Tri Bina, IMP,PKK,
Karangtaruna, Himpaudi, untuk bersama-sama melawan penyebaran
Covid-19, agar program Banggakencana tetap berjalan sehingga
ketahanan keluarga dalam dimensi delapan fungsi keluarga tetap
terjaga dengan baik. Amiin.(*)
0 Comments