Dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia, Perwakilan BKKBN DIY menggelar seminar sehari. Kegiatan ini
dilaksanakan pada Selasa (11/9) di Ruang Indraprasta Hotel Sahid, Jl Babarsari,
Yogyakarta, berlangsung dari jam 09.00-13.30 WIB. Kegiatan ini dalam bentuk
seminar, yakni, Seminar Peningkatan
Pelayanan KB dalam rangka Hari Kontrasepsi, dengan tema, “Meningkatkan
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Guna Mencapai Indonesia Sehat.”
Acara ini
dihadiri oleh 192 orang peserta dari pelbagai unsur, yakni 5 orang pejabat
struktural yang membidangi KB-KR dari semua OPD KB se-DIY, 20 orang PKB dari
semua kabupaten/kota, perwakilan BKKBN DIY 13 orang, serta 152 orang perwakilan
dari semua kampung KB di wilayah DI Yogyakarta.
Mewakili
penyelenggara, Kasubbid Bina Pelayanan KB Jalur Pemerintah dan Swasta, Ratna
Anita, SSi, MSc, menyampaikan bahwa dengan acara ini diharapkan nanti pada
kader KB, khususnya di Kampung KB, dapat secara aktif di tingkat akar rumput
melakukan penggerakan dalam rangka menambah jumlah peserta KB baru dan membina peserta
KB aktif, memperkecil angka unmet need.
“Kegiatan hari ini sebagai outputnya diharapkan dapat memaksimalkan peran kader
KB di Kampung KB dalam memberikan KIE kepada masyarakat, karena mereka
mempunyai akses yang besar di dalam kehidupan masyarakat,” ujar Ratna.
Dikatakan oleh
Ratna juga bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan masyarakat melalui kader KB terkait pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi yang berkualitas, meningkatkan komitmen dan dukungan kader di masyarakat
untuk percepatan pencapaian program KB, serta menignkatkan kualitas pelayanan
dan ketrampilan KIE untuk meningkatkan pencapaian program KB.
Dalam kegiatan
ini, menurut Ratna, peserta menerima materi tentang Peningkatan Kesejahteraan Perempuan Melalui Kesehatan Reproduksi dan
Perencanaan Keluarga serta materi tentang Strategi Peningkatan Pencapaian Peserta KB. Materi pertama
disampaikan oleh Yayi Suryo Parabandari dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat, dan Keperawatan UGM Yogyakarta, sedangkan materi kedua disampaikan
oleh Joehantini Chriswandari, Kabid KB KR Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta.
Menata
Kependudukan Tidak Bisa Sektoral
Sambutan Kepala
Perwakilan BKKBN DIY disampaikan oleh Plt Sekretaris Perwakilan BKKBN DIY, Dra
Ita Suryani, MKes, yang berharap bahwa dengan acara ini kiranya dapat
ditingkatkan capaian kesertaan KB di seluruh wilayah DIY, dan secara khusus di
kampung KB. Ita menambahkan bahwa program KB adalah salah satu upaya untuk
memutus mata rantai kemiskinan di masyarakat, atau jebakan kemiskinan, disebut
juga poor trap. “Kenapa bisa
dikatakan memutus mata rantai kemiskinan? Karena, dengan jumlah anak yang
ideal, keluarga bisa mengelola kehidupan keluarganya dengan baik. Sehingga,
kontrasepsi janganlah dimaknai sekadar mengatur kelahiran atau membatasi jumlah
kelahiran, tetapi lebih jauh lagi dimaknai secara positif untuk mengatur atau
menata kependudukan. Kalau mengatur kependudukan, itu berarti dari Sabang
sampai Merauke, dari barat sampai timur, harus kita atur bersama. Kita tidak
boleh menata kependudukan hanya di lingku Jawa saja, dengan alasan bahwa
konsentrasi penduduk lebih banyak di Jawa,” ujar Ita.
“Saya sering
ketika menyampaikan materi tentang penataan kependudukan, selalu ada sanggahan
bahwa pengaturan populasi itu cukup di Jawa saja,” lanjut Ita. “Tetapi saya
katakan bahwa menata kependudukan itu tidak bisa bersifat sektoral. Misalnya,
belum lama ini ada pejabat di suatu provinsi di luar Jawa, yang mengatakan
bahwa di pulaunya itu penduduknya masih sedikit, sehingga punya alasan untuk
tidak mengatur kelahiran, untuk membebaskan penduduknya punya anak berapa pun.
Punya anak 7 tidak masalah, 6 tidak masalah, dengan alasan pulaunya masih luas,
dst. Saya katakana, seandainya toh misalnya anak 6 itu sehat semua, kemudian orangtuanya
mengirimkan ke 6 anaknya itu ke Pulau Jawa semua untuk bersekolah, akhirnya
kemudian menikah dan memiliki anak, dan tidak kembali ke wilayahnya, maka di
Jawa tentu saja makin penuh.”
“Kalau logika
itu diikuti,” kata Ita, “boleh saja. Akan tetapi, sejak dari kehamilannya, melahirkan, sekolah, kuliah, bekerja, dan
menikah, itu hanya di wilayah itu saja. Tetapi jika tidak konsisten, bahwa
wilayah itu masih luas, namun pada akhirnya tidak menetap di wilayah itu, hal
itu akan menjadi persoalan serius.”
Kepedulian
kepada Perempuan
Ita
menggarisbawahi kembali soal kontrasepsi yang bukan semata-mata terkait dengan
pengaturan kelahiran, tetapi lebih luas lagi ini adalah soal family planning,
perencanaan keluarga. Untuk ini, tegas Ita, kita harus
melalui pendekatan siklus kehidupan. “Maka kalau kita renungkan, sesungguhnya
KB itu adalah wujud kepedulian, rasa hormat kita, kepada kaum perempuan. Sebab
kalau perempuan tidak dilindungi haknya, hak reproduksinya, yang termasuk di
dalamnya hak melahirkan anak sesuai kemampuannya, maka di situ ada sesuatu yang
hilang (missing). Maka sekali lagi,
penggunaan kontrasepsi, harus juga dimaknai dalam rangka melindungi kesehatan
ibu dan anak. Hamilnya harus sehat, kelahirannya sehat, kecukupan asupan ASI
dan gizinya, kecukupan perhatiannya, itu semua harus terjamin,” papar Ita.
Mengakhiri
sambutannya, Ita Suryani menegaskan bahwa angka kematian ibu (AKI) saat
melahirkan akan ditentukan sejauh mana ibu atau perempuan menggunakan
kontrasepsi modern. “Artinya, jika seorang ibu menggunakan kontrasepsi modern,
maka peluangnya untuk melahirkan kembali sangat kecil, yang dengan demikian
potensi kematian saat melahirkan juga akan sangat kecil. Itulah kaitan antara
kontrasepsi dengan kesehatan ibu dan anak yang saya sebutkan di atas,” pungkas
Ita.(*) [Sabrur Rohim, SAg, MSI, Penyuluh KB Girisubo, Gunungkidul]
3 Comments
Mantull🙏, bermanfaat✌
ReplyDeleteMantap IPeKB Gunubg Kidul
ReplyDeleteOceltasimpmo Pedro Ernesto Download
ReplyDeleteabarcelsio