Depresi
merupakan gangguan suasana hati yang bisa dialami oleh semua orang. Bahkan WHO
melaporkan 25% orang dalam masa hidupnya pernah mengalami depresi. Sekitar 10%
dari populasi umum juga mengalami depresi.
Banyak orang yang tidak memahami kalau sebenarnya dirinya mengalami
depresi bahkan terkadang
dokter juga mengabaikannya karena
pasien lebih banyak datang karena
keluhan fisik, bukan keluhan perasaan seperti, “Saya
sedih”, atau, “Ada yang tidak enak dengan perasaan saya”. Mengeluh sedih seolah-olah
merupakan tanda kelemahan diri.
Keluhan fisik pada pasien depresi
Penelitian yang
dilakukan dilakukan oleh Nakao et.al dalam Psychopatology (2001) menyimpulkan bahwa keluhan fisik yang sering
disampaikan oleh pasien depresi adalah: kelelahan (86%), insomnia
(79%), mual (51%), dispneu/nyeri dada (38%), palpitasi/berdebar (38%), nyeri
punggung (36%), diare (29%), nyeri kepala (28%). Gejala lain adalah
nyeri dada (27%), gejala seksual (32%), nyeri
ekstremitas (20%), pusing (19%), nyeri perut (18%), tinitus/telinga
berdenging (18%), dan nyeri sendi
(16%). Dokter akan mencurigai ada indikasi depresi ketika
pasien mengeluhkan keluhan fisik yang samar-samar dan tidak ditemukan sumber
penyakitnya.
Gejala depresi
terdiri atas tiga gejala utama dan tujuh gejala tambahan. Tiga gejala utama: murung, hilang minat, dan
mudah lelah. Tujuh gejala tambahan: gangguan tidur,
nafsu makan berkurang/berlebihan, gangguan konsentrasi, harga diri rendah, rasa
bersalah yang berlebihan, pandangan masa depan yang suram, pikiran tentang masa
depan yang suram dan pikiran tentang kematian sampai bunuh diri. Dua gejala
utama, dua gejala tambahan selama dua minggu didiagnosis
sebagai gejala depresi ringan, dua gejala utama dan tiga gejala tambahan disebut
depresi sedang dan tiga gejala utama dan empat geja tambahan disebut depresi berat.
Penyebab depresi
Pada dasarnya
manusia adalah makhluk holistik yang terdiri atas unsur biologi, psikologi,
sosial. Ketiga faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap timbulnya depresi. Dari aspek
biologi, gangguan suasana hati dipengaruhi oleh neurotransmitter (zat transmisi di syaraf otak), yakni serotonin dan nor epinefrin. Serotonin berperan terhadap
gangguan suasana hati berupa perasaan sedih, ide bersalah dan pesimistis, sedangkan nor epinefrin berperan dalam memberikan
energi. Itu sebabnya ketika seseorang mengalami depresi selain perasaannya sedih dia juga merasa badannya lemah.
Faktor
kepribadian juga berperan terhadap kejadian
depresi. Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup, sensitif, ia lebih rentan terhadap depresi. Faktor sosial berupa tersedia atau
tidaknya dukungan sosial juga
berpengaruh terhadap depresi. Termasuk adanya stressor
yang bermakna yang membuat seseorang mengalami depresi. Berdasarkan tiga faktor
tersebut, pengelolaan depresi juga mengacu pada hal tersebut
di atas.
Pengelolaan Depresi
Pengelolaan
depresi dari sisi biologi dengan pemberian obat
anti depresi yang berfungsi menaikkan serotonin dan nor epinefrin
sehingga suasana hati dan energi bisa kembali pulih. Obat tersebut harus
diberikan dokter dan diminum dalamjangka waktu tertentu. Secara teori tidak
menimbulkan ketergantungan. Hal ini berlawanan dengan pendapat umum minum obat
anti depresi bisa menyebabkan ketergantungan.
Pendekatan
psikologi pada pasien depresi adalah melalui psikoterapi. Psikoterapi adalah
metode untuk mempeerbaiki kepribadian, cara pandang, kebiasaan dan perilaku
yang berisiko depresi. Karena, pada dasarnya
manusia adalah makhluk dinamis yang tumbuh dan berkembang dipengaruhi pola asuh
dan pengalaman hidupnya. Orang yang mudah depresi bisanya memiliki cara pandang
yang cenderung negatif pada kejadian di sekitarnya. Psikiater dan psikolog
klinis akan membimbing mereka untu mengelola kepribadiannya agar lebih adaptif.
Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial bisa terutama
diberikan oleh orang-orang terdekat. Bisa juga diberikan oleh profesional
seperti dokter, psikiater ataupun psikolog klinis. Orang dengan depresi
sangat membutuhkan pemaham orang-orang sekitarnya atas apa yang terjadi pada
dirinya. Bukan disalahkan atau diremehkan bahkan diangap berlebihan atau
“lebay”. Nasihat yang tidak tepat bisa membuat mereka semakin tidak bisa
dimengerti. Pahami ketika mereka merasa lemah atau menyalahkan diri sendiri
adalah bagian dari gejala. Merekapun sebenarnya ingin lepas dari kondisi ini
namun sayangnya tidak semua orang bisa memahami.
Apa yang bisa dilakukan andai “saya” mengalami
depresi?
1. Terimalah dan akui pada diri sendiri memang “saya” sedang depresi. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri;
2. Beri ruang untuk diri sendiri untuk menumpahkan perasaan, menangis, menarik diri atau berdiam diri tetapi berikan batas waktu. Jangan terlalu lama bahkan berlarut larut;
3. Bicaralah pada seseorang yang dianggap bijaksana, mau mendengar dan bisa dipercaya;
4. Tolonglah dirimu sendiri dengan cara tetap makan makanan bergizi, istirahat cukup, berusaha untuk membuka diri, tetap melakukan kegiatan semampunya;
5. Datanglah ke profesional untuk mendapatkan dukungan psikologi dan pengobatan.
6. Jalankan ibadah dengan rutin dan tetap berdoa, meminta pertolongan pada Allah karena Allah selalu menyediakan pertolongan dalam kesulitan.
2. Beri ruang untuk diri sendiri untuk menumpahkan perasaan, menangis, menarik diri atau berdiam diri tetapi berikan batas waktu. Jangan terlalu lama bahkan berlarut larut;
3. Bicaralah pada seseorang yang dianggap bijaksana, mau mendengar dan bisa dipercaya;
4. Tolonglah dirimu sendiri dengan cara tetap makan makanan bergizi, istirahat cukup, berusaha untuk membuka diri, tetap melakukan kegiatan semampunya;
5. Datanglah ke profesional untuk mendapatkan dukungan psikologi dan pengobatan.
6. Jalankan ibadah dengan rutin dan tetap berdoa, meminta pertolongan pada Allah karena Allah selalu menyediakan pertolongan dalam kesulitan.
Apa yang bisa
dilakukan orang terdekat bila ada orang dengan depresi?
1. Pahami orang dengan depresi mengalami gangguan suasana hati dan memiliki persepsi negatif pada diri dan lingkungannya;
2. Mereka bukan melebih lebihkan perasaan atau sengaja mencari perhatian. Apa yang meraka rasakan adalah sesuatu yang “berat” meskipun mungkin di mata orang lain tidak seberat yang dikeluhkan;
3. Jadilah pendengar dan pendamping yang baik. Jangan menyalahkan, jangan meremehkan apalagi membandingkan bahwa ada yang lebih menderita dari dia;
4. Berikan ruang untuk mencurahkan perasaannya dan berikan umpan balik positif agar yang bersangkutan bisa menemukan jawaban, hikmah dan solusi dibalik kejadian yang dihadapinya;
5. Bila gejala depresinya berlarut-larut sampai mengganggu fungsi peran dan fungsi sosialnya, sarankan ke profesional (psikolog dan psikiater) untuk mendapatkan bantuan konseling, psikoterapi dan obat-obatan anti depresi.
2. Mereka bukan melebih lebihkan perasaan atau sengaja mencari perhatian. Apa yang meraka rasakan adalah sesuatu yang “berat” meskipun mungkin di mata orang lain tidak seberat yang dikeluhkan;
3. Jadilah pendengar dan pendamping yang baik. Jangan menyalahkan, jangan meremehkan apalagi membandingkan bahwa ada yang lebih menderita dari dia;
4. Berikan ruang untuk mencurahkan perasaannya dan berikan umpan balik positif agar yang bersangkutan bisa menemukan jawaban, hikmah dan solusi dibalik kejadian yang dihadapinya;
5. Bila gejala depresinya berlarut-larut sampai mengganggu fungsi peran dan fungsi sosialnya, sarankan ke profesional (psikolog dan psikiater) untuk mendapatkan bantuan konseling, psikoterapi dan obat-obatan anti depresi.
Good Bye Depresi
Seiring dengan
perjalanan waktu dan pengelolaan yang tepat serta komprehensif, depresi bisa
dipulihkan. Bahkan sesudahnya seseorang bisa menjadi lebih tangguh dan
bijaksana. Bukankah ombak dan badai yang menjadikan pelaut itu tangguh. Depresi bisa dialami oleh siapa saja dan
depresi bukan akhir segala-galanya. Tetaplah menerima dan memberi bantuan
sampai suatu saat kita kan bilang “good bye depresi”![]
*Psikiater di RSUD Wonosari Gunungkidul, PKU
Muhammadiyah Wonosari Gunungkidul, Tim ahli di Lambaga Psikologi Terapan “Inspirasi” Gunungkidul.
0 Comments